35 Sifat Orang Munafik (1)

بسم الله الرحمن الرحيم
Hasil gambar untuk ‫آية المنافق ثلاث إذا حدث كذب وإذا عاهد أخلف وإذا خاصم فجر‬‎
35 Sifat Orang Munafik (1)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut pembahasan tentang tiga puluh lima sifat orang munafik, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Pengantar
Perbuatan yang dilakukan kaum munafik disebut nifak yang artinya menampakkan di luar yang berbeda dengan keadaan batinnya, seperti menampakkan keislaman pada lahiriahnya, dan menyembunyikan kekafiran pada batinnya, atau menampakkan kebaikan di luar, namun menyembunyikan kejahatan di batinnya. Termasuk pula menemui kaum mukmin dengan menampakkan diri berada sama di atas mereka, dan ketika mendatangi kaum kafir menampakkan keberpihakan kepadanya, dan tidak berpihak dengan kaum mukmin (bermuka dua).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«تَجِدُ مِنْ شَرِّ النَّاسِ يَوْمَ القِيَامَةِ عِنْدَ اللَّهِ ذَا الوَجْهَيْنِ، الَّذِي يَأْتِي هَؤُلاَءِ بِوَجْهٍ، وَهَؤُلاَءِ بِوَجْهٍ»
“Engkau akan temukan di antara manusia yang paling buruk pada hari Kiamat di sisi Allah adalah orang yang bermuka dua, yang datang kepada golongan yang ini dengan muka yang satu, dan datang kepada golongan yang lain dengan muka yang satu lagi.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Imam Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata, “Tidak ada yang takut kepada perbuatan nifak (munafik) kecuali orang mukmin, dan tidak ada yang merasa aman daripadanya kecuali orang munafik.”
Ibnu Abi Mulaikah berkata, “Aku mendapatkan 30 orang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka semua takut jika nifak itu menimpa dirinya. Tidak ada di antara mereka yang menyatakan, bahwa dirinya berada di atas keimanan seperti iman Jibril dan Mikail.”
Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, “Aku bertanya kepadamu dengan nama Allah, apakah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutku termasuk golongan mereka (orang-orang munafik)?” Ia menjawab, “Tidak, dan aku tidak akan mentazkiah (menyatakan bersih) lagi kepada seorang pun setelahmu.”
Pembagian Nifak
Nifak terbagi dua:
Pertama, Nifak I’tiqadi (nifak yang terkait dengan keyakinan), yaitu menampakkan keislaman di luarnya dan menyembunyikan kekafiran di batinnya. Nifak ini mengeluarkan pelakunya dari Islam, karena Allah menyebut mereka bukan orang-orang mukmin (lihat Qs. Al Baqarah: 8). Nifak ini disebut juga Nifak Akbar (besar).
Nifak Akbar ini ada beberapa macam bentuknya, ada yang berupa mendustakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, mendustakan apa yang Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bawa, membenci Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, membenci apa yang Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bawa, senang jika agama Islam tidak berkembang, dan tidak suka jika agama Islam unggul.
Kedua, Nifak Amali (nifak yang terkait dengan amalan), yaitu mengerjakan amalan yang biasa dikerjakan kaum munafik, namun masih ada iman di hati. Misalnya ketika berbicara berdusta, ketika berjanji mengingkari, ketika dimanahkan khianat, dsb. Nifak ini tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam, akan tetapi sebagai pengantar kepada nifak I’tiqadi, dan pada diri pelakunya ada keimanan dan kemunafikan. Nifak ini disebut juga nifak ashghar (kecil).
35 Sifat Orang Munafik
Penyair berkata,
عَرَفْتُ الشَّرَّ لاَ لِلشَّرِّ   لَكِنْ لِتَوَقِّيْهِ
وَمَنْ لَمْ يَعْرِفِ الشَّرَّ مِنَ النَّاسِ يَقَعُ فِيْهِ
Aku mengenal keburukan bukan untuk mengerjakannya, akan tetapi untuk menghindarinya.
Betapa banyak orang yang tidak mengenal keburukan jatuh ke dalamnya.
Berikut sifat-sifat orang munafik agar kita dapat menjauhinya:
1. Berdusta dalam bicara
2. Ingkar Janji
3. Khianat ketika mendapatkan amanah
4. Bersikap curang ketika bertengkar
Dalil keempat tanda ini adalah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda orang munafik itu tiga; ketika berbicara berdusta, ketika berjanji mengingkari, dan ketika mendapatkan amanah ia berkhianat.” (Hr. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ
“Empat perkara yang jika semua itu ada pada diri seseorang, maka ia akan menjadi munafik sejati, dan jika hanya salah satunya, maka padanya ada sifat munafik sampai ia meninggalkannya, yaitu: ketika diamanahkan khianat, ketika berbicara berdusta, ketika berjanji mengingkari, dan ketika bertengkar berbuat curang.” (Hr. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amr)
5. Riya (beramal dengan maksud ingin dipuji)
6. Sedikit berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla
7. Malas beribadah
Dalil no. 5-7 adalah firman Allah Ta’ala,
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
 “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka[i]. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali[ii].” (Qs. An Nisa’: 142)
8. Menunda shalat dan melakukannya dengan terburu-buru
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
تِلْكَ صَلَاةُ الْمُنَافِقِ، يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَيِ الشَّيْطَانِ، قَامَ فَنَقَرَهَا أَرْبَعًا، لَا يَذْكُرُ اللهَ فِيهَا إِلَّا قَلِيلًا
"Itu adalah shalat orang munafik, ia duduk menunggu matahari, sehingga ketika matahari berada di antara dua tanduk setan (hampir tenggelam), maka ia pun bangun dan mengerjakannya dengan cepat empat rakaat, ia tidak mengingat Allah di dalamnya kecuali sedikit." (Hr. Muslim, Malik, Tirmidzi, dan Nasa'i)
9. Mencela orang-orang mukmin yang saleh yang secara sukarela bersedekah atau berbuat baik
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, lalu orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.” (Qs. At Taubah: 79)
10. Mengolok-olok agama dan mempermainkannya
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ (66)
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah, "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"--Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. “ (Qs. At Taubah: 65-66)
Ibnu Umar, Muhammad bin Ka’ab, Zaid bin Aslam dan Qatadah meriwayatkan hadits –hadits-hadits mereka dirangkum- sebagai berikut:
Bahwa dalam perang Tabuk ada seorang yang berkata, “Kami tidak pernah melihat orang-orang seperti halnya para pembaca Al Qur’an ini, dimana mereka adalah orang yang paling besar perutnya (rakus), paling dusta lisannya dan paling pengecut ketika bertemu musuh (yang dimaksud adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya).
Maka ‘Auf bin Malik mengatakan, “Kamu dusta! Kamu adalah munafik. Sungguh saya akan laporkan (kamu) kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.”
‘Auf pun pergi menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk melaporkan hal itu, namun ternyata Al Qur’an telah turun lebih dulu memberitahukan hal tersebut.
Orang itu kemudian datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sedangkan Beliau sudah beranjak dari tempatnya dan menunggangi untanya. Orang itu berkata, “Wahai Rasulullah! Kami hanya bersendagurau dan berbincang-bincang saja sebagaimana berbincangnya sebuah kafilah untuk melupakan kelelahan dalam perjalanan.
Ibnu Umar berkata, “Sepertinya aku melihat orang itu berpegangan dengan tali pelana unta Rasulullah, dan kedua kakinya tersandung bebatuan hingga terluka, sambil berkata, “Sesungguhnya kami hanya bersendagurau dan bermain-main saja”, Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadanya:
"Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu berolok-olok?"
Beliau tidak menoleh kepadanya dan tidak berkata lebih dari itu.” (Hadits Hasan, diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, Ibnu Jarir, Ibnu Mardawaih dan Abusy Syaikh)
Bersambung…
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Tsalatsuna alamatan lil munafiqin (Syaikh Aidh Al Qarni), Subulus Salam (M. Bin Ismail Ash Shan’ani), Tuhfatul Ahwadzi (Abul Ala Muhammad Al Mubarakfuriy), 75 Masalah Penting (Penulis), Hidayatul Insan bitafsiril Qur’an (Penulis), Maktabah Syamilah versi 3.45, dll.




[i] Maksudnya Alah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sehingga mereka disikapi seperti orang-orang mukmin. Namun sebenanarnya Allah telah menyiapkan neraka buat mereka sebagai balasan tipuan mereka.
[ii] Maksudnya mereka shalat hanya sekali-sekali saja, yaitu apabila mereka berada di hadapan manusia.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger