Memaafkan Kesalahan Orang Lain

بسم الله الرحمن الرحيم
Hasil gambar untuk ‫خذ العفو‬‎
Memaafkan Kesalahan Orang Lain
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut pembahasan tentang keutamaan memaafkan kesalahan orang lain, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Pengantar
Al Qur'anul Karim mengisahkan kepada kita contoh yang menarik tentang kisah Nabi Allah Yusuf 'alaihis salam dengan saudara-saudaranya ketika mereka dengki kepadanya karena kecintaan ayahnya kepadanya, lalu mereka memasukkannya ke dalam sumur agar mereka puas dan tidak lagi tersaingi. Hari pun berlalu, Allah Subhaanahu wa Ta’ala memberikan kepada Yusuf 'alaihis salam kerajaan dan pemerintahan, ia telah menjadi kuat dan memiliki kekuasaan setelah menjadi menteri Raja Mesir.
Suatu hari, datanglah kepadanya saudara-saudaranya meminta bahan makanan untuk kaumnya. Mereka tidak lagi mengenalnya, tetapi Yusuf masih mengenal mereka dan tidak membuka identitas dirinya. Mereka datang beberapa kali untuk menemuinya, namun pada akhirnya Yusuf memperkenalkan dirinya, mereka pun ingat terhadap perbuatan yang mereka lakukan kepadanya. Akhirnya mereka takut, jika Yusuf berlaku kasar kepada mereka dan menghukum perbuatan mereka saat ia masih kecil, akan tetapi Yusuf membalasnya dengan maaf yang indah dan membiarkan masa lalunya, ia berkata kepada mereka, "Tidak ada celaan atasmu pada hari ini, semoga Allah mengampuni kamu, dan Dia adalah Tuhan Yang Maha Penyayang." (Lihat QS. Yusuf: 2)
Suatu ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidur di bawah naungan pohon, tiba-tiba ada orang kafir yang hendak menyerang Beliau sambil memegang pedangnya dan membangunkan Beliau seraya berkata, "Wahai Muhammad! Siapa yang dapat melindungimu dariku?" Maka Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab dengan yakin dan tenang, "Allah." Dengan seketika orang tersebut langsung bergemetar dan duduk dalam keadaan lesu, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memaafkannya. " (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang wanita Yahudi pernah menaruh racun pada daging kambing, lalu ia membawanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan menghidangkannya kepada Beliau dan pada sahabatnya sebagai hadiah, dan kebiasaan Beliau adalah tidak menolak hadiah. Akan tetapi, Allah Subhaanahu wa Ta'ala melindungi Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga racun itu tidak berpengaruh bagi Beliau. Maka Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam meminta dihadapkan wanita Yahudi itu dan bertanya kepadanya, "Apa sebabnya engkau melakukan demikian?" Ia menjawab, "Aku ingin membunuhmu." Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya, "Allah tidak akan memberikan kesempatan kepadamu untuk membunuhku." Lalu para sahabat ingin membunuhnya, mereka berkata, "Bolehkah kami membunuhnya?" Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak." Dan Beliau memaafkannya (HR. Bukhari dan Muslim)
Suatu hari, Ma'an bin Zaidah ingin membunuh para tawanan yang ada pada sisinya, lalu salah seorang di antara mereka berkata, "Kami para tawananmu yang sedang kelaparan dan kehausan, maka janganlah kamu satukan lapar, haus, dan pembunuhan pada diri kami." Ma'an pun berkata, "Berilah mereka makan dan minum." Ketika mereka telah makan dan minum, lalu salah seorang di antara mereka berkata, "Kami telah makan dan minum sehingga kami seperti para tamumu, lalu apa yang akan engkau lakukan terhadap para tamumu?" Ia pun berkata kepada mereka, "Aku maafkan kalian."
Hakikat memaafkan
Memaafkan maksudnya mengampuni kesalahan dan dosa serta tidak memberikan hukuman kepadanya.

Allah 'Azza wa Jalla Maha Pemaaf
Allah Subhaanahu wa Ta'ala memaafkan dosa orang-orang yang bertobat dan mengampuni mereka. Oleh karena itu, di antara doa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah,
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Mahamulia. Engkau suka memaafkan, maka maafkanlah aku." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 4423)
Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam seorang pemaaf
Aisyah radhiyallahu 'anha pernah bertanya tentang akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka ia menjawab, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah memukul seorang pun dengan tangannya, baik wanita maupun pelayan tetapi hanya berjihad di jalan Allah." (HR. Muslim)
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu ia berkata, "Sepertinya aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan seorang nabi di antara para nabi -semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepadanya- yang dipukuli hingga berdarah, ia mengusap darah dari mukanya sambil berkata, "Ya Rabbi, ampunilah kaumku. Sesungguhnya mereka tidak mengetahui." (HR. Bukhari dan Muslim)
Pernah dikatakan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Doakanlah kebinasaan kepada kaum musyrik." Maka Beliau bersabda,
إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا، وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً
"Sesungguhnya aku tidak diutus untuk melaknat, tetapi aku diutus sebagai rahmat." (HR. Muslim)
Maaf yang dilakukan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam sangat jelas sekali ketika Beliau pergi ke Tha'if untuk mengajak penduduknya masuk Islam, akan tetapi penduduknya menolak dakwahnya dan mengirimkan anak-anak, budak-budaknya, dan orang-orang dungunya untuk menyakiti Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam yang ketika itu didampingi Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu. Mereka pun melempari keduanya dengan batu sehingga mengalirlah darah dari kaki Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka turunlah malaikat Jibril 'alaihis salam bersama malaikat gunung dan meminta izin kepada Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menimpakan gunung kepada kaum musyrik tersebut, akan tetapi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memaafkan mereka dan bersabda kepada malaikat gunung,
بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلاَبِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ، لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
"Tidak, bahkan yang aku inginkan adalah agar Allah mengeluarkan dari tulang shulbi mereka orang-orang yang menyembah Allah saja dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu." (Muttafaq 'alaih)
Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masuk ke Mekkah pada saat Fathu Makkah, Beliau pun duduk di masjid, sedangkan kaum musyrik memperhatikan Beliau dengan hati yang penuh rasa takut jika Beliau menghukum mereka atau membalas mereka sebagai qishas terhadap perlakuan mereka kepada Beliau dan para sahabatnya, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Wahai kaum Quraisy! Menurut kalian apa yang akan aku lakukan kepada kalian?" Mereka menjawab, "Perbuatan baik, (engkau) adalah saudara yang mulia dan putera saudara yang mulia." Maka Beliau bersabda, "Pergilah! Kalian semua bebas." (Sirah Ibnu Hisyam)
Keutamaan memaafkan
Allah Ta'ala berfirman,
وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. At Taghaabun: 14)
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An Nuur: 22)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللهُ -عَزَّ وَجَلَّ- عَلَى رُءُوْسِ الْخَلاَئِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللهُ مِنَ الْحُوْرِ مَا شَاءَ
"Barang siapa yang menahan marahnya padahal ia mampu melampiaskannya, maka Allah 'Azza wa Jalla akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk sampai Allah menyuruhnya memilih di antara bidadari yang ia suka." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dan dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 6522)
Hendaknya seorang muslim mengetahui, bahwa dengan sikapnya memaafkan, maka ia akan memperoleh kemuliaan dari sisi Allah, semua orang akan menghormatinya, dan orang yang bersalah akan mendatanginya untuk meminta maaf.
Allah Ta'ala berfirman,
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
"Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antara kamu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." (QS. Fushshilat: 34)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ، إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ
"Sedekah tidaklah mengurangi harta, dan tidaklah seseorang memaafkan kecuali Allah akan menambahkan kemuliaan, dan tidaklah seseorang bertawadhu' karena Allah, kecuali Allah akan meninggikannya." (HR. Muslim)
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: http://islam.aljayyash.net, Modul Akhlak SMP (Penulis), Maktabah Syamilah versi 3.45, dll.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger