Mana Yang Kita Tutup dan Mana yang kita Buka?

بسم الله الرحمن الرحيم
Hasil gambar untuk ‫الستر من الله‬‎
Mana Yang Kita Tutup dan Mana yang kita Buka?
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut pembahasan tentang hal-hal yang mesti kita tutupi dan hal-hal yang perlu kita buka atau sampaikan, semoga Allah menjadikan penulisan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma amin.
Beberapa perkara yang mesti ditutupi
Ada beberapa perkara yang perlu ditutupi, di antaranya:
1. Menutup aurat
Seorang muslim menutup auratnya dan tidak membukanya kepada seseorang yang tidak halal untuk melihatnya. Allah Ta'ala berfirman,
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (6)
"Dan orang-orang yang menjaga kehormatannya,-- Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak terceIa." (Terj. QS. Al Mu'minun: 5-6)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya, "Wahai Rasulullah, tentang aurat kami; mana saja yang perlu kami tutupi dan yang kami biarkan?" Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Jagalah auratmu kecuali kepada istrimu atau budak yang kamu miliki." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dan dihasankan Al Albani)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,
لَا يَنْظُرُ الرَّجُلُ إِلَى عَوْرَةِ الرَّجُلِ، وَلَا الْمَرْأَةُ إِلَى عَوْرَةِ الْمَرْأَةِ
"Seseorang laki-laki tidak boleh melihat aurat laki-laki, demikian pula seorang wanita tidak boleh melihat aurat wanita." (HR. Muslim)
Di zaman sekarang banyak kaum wanita yang melepas jilbabnya dan memamerkan auratnya tanpa rasa malu sedikit pun, padahal yang demikian adalah dosa yang sangat besar yang menjadi penyebab mereka dijatuhkan ke dalam jurang neraka.
Seorang wanita muslimah yang berpegang dengan agamanya tentu menjauhi sikap itu, dan ia akan menjaga kehormatannya serta memakai jilbabnya.
2. Menutup diri ketika mandi
Seorang muslim ketika akan mandi juga menutup diri agar tidak ada seorang pun yang tidak layak melihat dapat melihat auratnya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri apabila mandi menutup diri dari manusia, lalu Beliau mandi. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda,
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَيِيٌّ سِتِّيرٌ يُحِبُّ الْحَيَاءَ وَالسَّتْرَ فَإِذَا اغْتَسَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَتِرْ
"Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla Pemalu lagi suka menutupi, ia suka sifat malu dan menutupi. Jika salah seorang di antara kamu mandi, maka hendaklah menutup diri." (HR. Abu Dawud, Nasa'i, dan Ahmad, dan dishahihkan oleh Al Albani)
3. Menutup diri ketika buang air
Jika seorang muslim hendak buang air, baik buang air kecil atau buang air besar, maka hendaknya ia melakukannya di tempat yang tidak terlihat oleh manusia agar tidak menjadi pusat perhatian mereka. Ia juga menjaga dirinya dari terkena najis dari air kencingnya itu. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melewati kuburan dan mendengar dua orang yang sedang disiksa di kuburnya, lalu Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ البَوْلِ، وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ
"Keduanya sedang diazab, dan keduanya tidaklah diazab menurutnya karena dosa besar (padahal itu dosa besar), adapun yang satu adalah karena tidak menjaga dirinya dari kencingnya, sedangkan yang satu lagi karena berjalan kesana-kemari mengadu domba." (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Menutup rahasia suami-istri
Seorang muslim menutup apa yang terjadi antara dirinya dengan istrinya. Ia tidak membicarakan hal yang terjadi antara dia dengan istrinya seperti hubungannya secara khusus. Agama kita yang lurus menyuruh kita menyembunyikannya, dan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam menggolongkannya ke dalam amanah yang tidak boleh dikhianati oleh seseorang dengan membukanya, bahkan ia harus menutupinya. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda,
إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ، وَتُفْضِي إِلَيْهِ، ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا
"Sesungguhnya di antara manusia yang paling buruk kedudukannya pada hari Kiamat adalah seorang yang menggauli istrinya dan istrinya menggaulinya, lalu ia membuka rahasianya." (HR. Muslim dan Abu Dawud)
5. Menutupi sedekah
Seorang muslim tidak berharap dalam sedekahnya selain keridhaan Allah Subhaanahu wa Ta'ala. Oleh karena itu, ia berusaha menyembunyikannya dan menutupinya agar tidak terlihat oleh seorang pun selain Allah 'Azza wa Jalla. Allah Ta'ala berfirman,
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara sembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Terj. QS. Al Baqarah: 274)
Demikian juga sebagaimana yang disabdakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada kita, bahwa salah satu di antara tujuh golongan yang Allah naungi pada hari Kiamat dengan naungan-Nya adalah seorang yang bersedekah, lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan tangan kanannya.
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,
صَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ
"Sedekah secara rahasia dapat memadamkan kemurkaan Allah." (HR. Thabrani dalam Ash Shaghir, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 3759)
5. Menutupi mimpi buruk
Apabila seorang mukmin bermimpi baik dalam tidurnya, maka hendaknya ia bergembira terhadapnya, dan hendaknya ia mengetahui bahwa itu berasal dari sisi Allah. Ia boleh menyebutkannya kepada orang yang ia senangi, yaitu saudara-saudaranya yang saleh. Tetapi apabila ia bermimpi buruk yang tidak ia sukai, maka hendaklah ia meludah ke kiri tiga kali, berlindung kepada Allah dari keburukan mimpi itu dan tidak menceritakan kepada seorang pun. Ia yakin bahwa mimpi itu berasal dari setan, dan bahwa mimpi itu tidak akan memadharratkannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ مِنَ اللهِ، وَالْحُلْمُ مِنَ الشَّيْطَانِ؛ فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ شَيْئًا يَكْرَهُهُ، فَلْيَنْفُثْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ وَلْيَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْ شَرِّهَا، فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ
"Mimpi yang baik berasal dari Allah, sedangkan mimpi yang buruk dari setan. Apabila salah seorang di antara kamu bermimpi tentang sesuatu yang tidak ia sukai, maka hendaklah ia meludah ke kiri tiga kali dan hendaklah ia meminta perlindungan kepada Allah dari keburukannya, sesungguhnya hal itu tidak akan memadharratkannya." (Muttafaq 'alaih)
6. Menutupi was-was setan
Apabila timbul was-was buruk pada diri seorang mukmin atau berniat mengerjakan keburukan, maka hendaknya ia tidak menyampaikan apa yang terlintas di hatinya dan keburukan yang dibisikkan kepada dirinya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ تَجَاوَزَ لِأُمَّتِي عَمَّا حَدَّثَتْ بِهِ أَنْفُسَهَا، مَا لَمْ تَعْمَلْ، أَوْ تَكَلَّمْ بِهِ
"Sesungguhnya Allah memaafkan umatku terhadap hal yang melintas dalam dirinya selama ia tidak kerjakan atau sebutkan." (Muttafaq 'alaih)
7. Menyembunyikan suatu rencana yang baik.
JIka seorang muslim hendak mengerjakan suatu rencana dan melakukannya sebaik-baiknya, maka hendaknya ia sembunyikan sampai rencana itu terlaksana, dan tidak menyampaikan kepada setiap orang yang ditemuinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اِسْتَعِيْنُوْا عَلَى إِنْجَاحِ الْحَوَائِجِ بِالْكِتْمَانِ، فَإِنَّ كُلِّ ذِيْ نِعْمَةٍ مَحْسُوْدٍ
“Gunakanlah sikap menyembunyikan untuk mensukseskan rencana, karena setiap orang yang mendapat nikmat ada orang yang hasad.” (HR. Al Uqailiy, Ibnu Addiy, Thabrani, Abu Nu’aim, Baihaqi, Al Khara’ithi, dan Al Khathib, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 943)
8. Menutup rahasia
Dari Anas ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendatangiku saat aku bermain dengan anak-anak yang lain, kemudian Beliau mengucapkan salam kepada kami, lalu Beliau mengutusku untuk suatu keperluan, sehingga aku terlambat menemui ibuku. Saat aku sampai, maka ia (ibuku) berkata, “Mengapa engkau terlambat (pulang)?” Aku menjawab, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusku untuk suatu keperluan.” Ibuku berkata, “Apa keperluannya?” Aku menjawab, “Dirahasiakan.” Maka ibuku berkata, “Jangan sampaikan kepada seorang pun rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Muslim)
9.  Menutupi aurat dan aib kaum muslimin
Seorang muslim menutupi aurat kaum muslimin dan menundukkan pandangannya dari melihat kekurangan mereka serta hal yang mereka berusaha tutupi. Allah Subhaanahu wa Ta’ala mengancam mereka yang membuka tirai kaum muslimin dengan azab yang pedih, Dia berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang sangat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. An Nuur: 19)
10. Menutupi kesalahan
Seorang muslim ketka terjatuh ke dalam maksiat, maka ia menyembunyikannya dan tidak meceritakan kepada manusia. Ia segera beristighfar dan bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla. Ia tidak seperti orang-orang yang setelah melakukan dosa merasa bangga dengan dosa itu dan menceritakan kepada orang lain; mereka ini tidak mendapatkan ampunan Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا المُجَاهِرِينَ، وَإِنَّ مِنَ المُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ، فَيَقُولَ: يَا فُلاَنُ، عَمِلْتُ البَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ، وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
"Semua umatku akan dimaafkan selain orang yang terang-terangan (melakukan maksiat), dan termasuk terang-terangan adalah seseorang melakukan maksiat di malam hari, lalu pada pagi harinya ia berkata, “Wahai fulan, semalam saya mengerjakan perbuatan ini dan itu.” Padahal aibnya telah ditutupi oleh Allah pada malam harinya, namun pada pagi harinya ia buka tirai Allah itu.” (HR. Bukhari).
Beberapa perkara yang perlu dibuka dan disampaikan
Setelah kita mengetahui beberapa perkara yang mesti ditutupi. Ada pula beberapa perkara yang perlu dibuka atau disampaikan, yaitu:
1. Menyampaikan persaksian
Saat seseorang diminta menyampaikan persaksian, maka ia harus menyampaikan sesuai yang ia lihat atau saksikan, karena Allah melarang seseorang menyembunyikan persaksian. Dia berfirman,
وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ وَمَنْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آثِمٌ قَلْبُهُ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
“Dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Baqarah: 283)
2. Berjual beli
Seorang penjual wajib menerangkan keadaan barang dagangannya, ia harus berkata jujur apa adanya dan tidak menyembunyikan aib pada barangnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا، فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا، وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
“Penjual dan pembeli berhak khiyar (melanjutkan atau membatalkan jual belinya) selama belum berpisah (dari majlis akad). Jika keduanya berdusta dan menyembunyikan, maka akan dicabut keberkahan pada jual belinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Menyampaikan ilmu
Tidak boleh bagi seorang muslim menyembunyikan ilmu, karena menyembunyikannya adalah dosa yang besar dan mengakibatkan dirinya mendapatkan laknat. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ (159) إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (160)
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati,--Kecuali mereka yang telah taubat, mengadakan perbaikan, dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah: 159-160)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ أَلْجَمَهُ اللَّهُ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barang siapa yang ditanya suatu ilmu, lalu ia menyembunyikannya, maka Allah akan memasangkan kekang dari api di mulutnya pada hari Kiamat.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dan dinyatakan hasan shahih oleh Al Albani).
Wallahu a’lam wa shallallau ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Marwan bin Musa
Maraji': http://islam.aljayyash.net/, Maktabah Syamilah versi 3.45, Modul Akhlak kelas 9 (Penulis), dll.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger